Friday, 17 February 2017

Mengapa Pria Mengalami Puber Kedua?

Menginjak usia 40-an, pria seringkali mengalami fase yang disebut-sebut sebagai ‘puber kedua’. Pahami betul dan jangan biarkan fase ini merusak keharmonisan rumah tangga Anda.

Asal usul 'puber kedua' 
Usia Pernikahan Anda sudah memasuki tahun ke-15. Anak-anak telah beranjak remaja. Karier Anda sedang berada di masa keemasannya dan hubungan Anda dengan istri—tidak buruk—meski tak ada sesuatu yang baru. Hidup Anda tengah berada di masa stabil. Sebagai pria, Anda merasa segalanya telah Anda raih, lantas mengapa periode puber kedua justru kerap terjadi di masa-masa ini?

Menurut seksolog Zoya Amirin, puber kedua pada dasarnya adalah mitos. Faktanya, puber adalah fase perubahan seorang anak menjadi remaja dan tentu saja hal ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Masa puber ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder seperti menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada pria. Begitu pula perubahan bentuk tubuh, suara dan lainnya. “Di masa-masa ini sikap anak relatif berubah. Ia mulai sadar terhadap seksualitasnya sehingga mudah terangsang. Saat inilah seseorang biasanya merasa over excited terhadap lawan jenisnya," jel” Zoya.

Penekanan terhadap masa pubertas ini yang kemudian menjadi awal mula dari istilah ‘puber kedua’. Sebuah istilah yang menggambarkan dimana pria jatuh cinta lagi, genit lagi, dan excited lagi, padahal usia mereka sudah tua. Hal ini cenderung dialami oleh peria ketimbang wanita. Ternyata hal ini dapat dijelaskan secara psikologis.

Ketika memasuki usia 40-an hingga akhir 40-an, laki-laki relatif sudah mapan dan matang secara karir, finansial, dan merasa nyaman dengan dirinya. Mereka cenderung punya keinginan menunjukan dirinya dengan cara yang berbeda. Pada masa ini biasanya pria agak sibuk dengan diri sendiri dan keinginan-keinginannya. Mereka yang merasa berada di ‘atas’ ini merasa butuh perhatian lebih, sementara istri mungkin merasa biasa-biasa saja karena sudah lama menikah.

Asertif, bukan selingkuh
Hal ini yang menyebabkan pria kerap menyalahkan wanita atas terjadinya puber kedua. Jika di rumah mereka merasa jarang dipuji, sedangkan di kantor ada orang lain yang memberikan pujian, pria langsung merasa berbunga-bunga. “Namun seharusnya, kalau memang merasa butuh perhatian lebih ya minta saja pada pasangan Anda. Mereka itu kan bukan peramal. Utarakan keinginan Anda,” kata Zoya.

Memiliki ketertarikan pada sesuatu atau seseorang adalah hal yang wajar. Anda hanya manusia biasa kok. Namun yang harus dikendalikan adalah bagaimana Anda menyikapinya. Sebab, pada dasarnya setia itu adalah pilihan. “Jangan buat pengecualian pada diri Anda. ‘Ah hanya makan siang saja’, ‘Hanya ngobrol saja, atau ‘hanya jalan saja’. Jujurlah pada diri Anda sendiri tentang perasaan Anda. Jika sudah ada ketertarikan, jangan diteruskan,” jelas Zoya.

Pada akhirnya, cinta itu ‘hanya’ perasaan. Andalah yang bisa mengendalikan perasaan Anda. Jika tidak dipupuk, ketertarikan bisa hilang. Mintalah perhatian secara asertif kepada pasangan, bukannya berselingkuh. “Para istri juga jangan pasrah saja dan memaklumi ‘puber kedua’ suami Anda. Jadilah fans nomor satu pasangan Anda. Beri pujian dan jangan bicarakan kejelekan pasangan Anda di depan orang lain. Dengan cara seperti itu, anda bisa menjaga hubungan suami istri dalam rumah tangga. Lakukan never ending adjustment dalam pernikahan Anda,” tandas Zoya.